Manchester United benar-benar Bebal – Manchester United seolah menutup mata dan menutup telinga terhadap pemain-pemain yang eksibisinya di bawah standar. Faktanya, hal ini telah berulang kali ditampilkan oleh masyarakat umum.
Penampilan Man United di musim 2023/2024 memang tidak bagus. The Red Fiends berada di posisi ketujuh di Chief Association dengan enam kekalahan dari 14 pertandingan. Di Asosiasi Bos, Man United juga melakukan hal yang sama. Dengan hanya satu pertandingan tersisa di tahap pengumpulan, kemungkinan tersingkir sangat besar jika Anda tidak mendominasi pertandingan terakhir.
Nasib Man United di Carabao Cup juga menyedihkan. Terlepas dari statusnya sebagai juara bertahan, Man United tersingkir di babak keempat.
Banyak Pemain Di Bawah Standar
Ada banyak elemen yang mempengaruhi penampilan buruk Man United musim ini. Salah satunya yang paling kentara adalah ekshibisi pemainnya yang di bawah standar.
Pemain yang tampil di bawah standar kerap kali tampil sejak musim lalu. Soalnya, yang tidak cocok ini masih ada di kru musim ini.
Pemain yang bermain untuk Man United seharusnya sudah hengkang pada pertengahan tahun 2023. Tapi sebenarnya mereka punya pemain yang tidak akan pergi ke mana pun,” kecam Roy Keane di Sky Sports.
Bebal Sangat
Man United tampaknya adalah klub yang tidak sadar. Permasalahan di dalam klub tidak segera dibuang atau diperbaiki dengan hal baru dan baru.
“Apa indikasi kegilaan ini? Mengapa mereka melakukan hal yang sama berulang kali, namun ,mengantisipasi hasil yang ,berbeda-beda,” kata Keane dengan kesal. Apalagi menurut saya mereka sebenarnya tidak menyerah,” fokusnya.
Di bawah ketegangan
Akhirnya, hal seperti ini membuat semua pertemuan di dalam klub menjadi tegang. Tak hanya pemain, para eksekutif juga menjadi sasaran analisis. Kehancuran Manchester United ibarat cedera yang menyakitkan, sangat terasa di hati para penggemarnya. Mungkin klub kesayangan mereka menutup mata dan telinga, membiarkan hal ini terus berlanjut tanpa perubahan nyata.
Musim 2023/2024 tidak akan menjadi mimpi buruk yang berakhir bagi The Red Fiends. Mereka berada di posisi ketujuh di Ketua Asosiasi, sementara enam kekalahan dari 14 pertandingan merupakan pukulan telak yang melebihi ekspektasi mereka.
Di panggung Asosiasi Bos, Man United menghadapi kerentanan. Hanya tersisa satu pertandingan, dan peluang pembuangan tetap dalam kondisi kritis. Keganjilan melanda, memusnahkan impian besar yang pernah dikaitkan dengan nama besar mereka.
Piala Carabao yang seharusnya menjadi fase menjaga gelar juara, malah menjelma menjadi sebuah nasib sial. Sang juara bertahan perlu mengerang setelah tersingkir di ronde keempat. Kekecewaan ini, mirip dengan pukulan yang menghancurkan, melenyapkan kesombongan dan rasa takut.
Terlebih lagi, dalam kehancuran yang parah ini, seluruh udara di sekitar klub menjadi cair. Ibarat puing-puing mimpi yang hancur, kesengsaraan menyelimuti arena yang seharusnya menyaksikan kejayaan dan kebahagiaan. Sekutu yang seharusnya bersorak dan bernyanyi, kini hanya bisa menangis kasihan.
Ketidakberdayaan untuk berubah, mirip dengan mantra pemusnahan yang terus menyiksa, membuat hati sekutu semakin hancur. Kemalangan tidak hanya terjadi di lapangan, tetapi juga di inti setiap penggemar setia.
Roy Keane, sebagai suara hati para sekutu, menyambut kekecewaan dan sikap apatis dengan kecenderungan yang luar biasa. Teriakannya penuh arti, betapapun menyiksanya
Meski begitu, satu hal yang paling merugikan adalah kegagalan klub membuang pemain-pemain yang performanya jauh dari norma. Hal-hal yang seharusnya menjadi kenangan di musim panas lalu, kini berubah menjadi beban yang menyesakkan.
Analisis brutal dari legenda seperti Roy Keane saat ini bukan sekedar kata-kata. Itu adalah panggilan hati yang terluka. Frustrasi, kemarahan, dan keraguan muncul dalam kata-katanya yang tajam di Sky Sports. Man United kalah dalam pertandingan, namun juga kehilangan karakter dan keindahannya.
Klub-klub yang tampak bodoh, mengulangi contoh serupa tanpa ada upaya untuk mengubahnya. Pertanyaan tajam Keane membuat kekacauan, memadukan perasaan panik dan kepercayaan diri. Bagaikan mantra kemalangan yang terus terulang tanpa henti.
Akhirnya, seluruh klub mempercepat ketegangan tersebut. Selain fakta bahwa para pemain ditegur, namun dewan juga menjadi tujuan yang jelas untuk dianalisis. Suatu keadaan yang tidak hanya mengerikan, namun sekaligus Ini sangat menyiksa. Cedera ini merupakan beban berat yang harus ditanggung bersama oleh seluruh kelompok Manchester United.