Xavi Akui Barcelona Hampir Dapat Alvaro Morata

Xavi Akui Barcelona Hampir Dapat Alvaro Morata – Pengakuan Xavi Hernandez. Mentor Barcelona itu mengakui Blaugrana sangat merekrut Alvaro Morata dari Atletico Madrid. Barcelona tertarik memilih Morata pada bursa Januari 2022. Saat itu, Morata bermain di Juventus dengan dipinjam dari Atletico Madrid. Meski begitu, Barcelona pada akhirnya harus mengurus bisnisnya. Pasalnya, pelarian Morata saat itu tidak mendapat anugerah dari mentor Bianconeri, Massimiliano Allegri.

Gagal mendapatkan Morata, Barcelona akhirnya memilih Pierre-Emerick Aubameyang. Pemain asal Gabon itu bergabung dengan Blaugrana setelah mengakhiri perjanjiannya dengan Armory.

Barcelona Hampir Pilih Morata

Pelatih Barcelona Xavi Hernandez ,menegaskan ,bahwa dirinya sudah lama, tertarik untuk mendapatkan Alvaro Morata. Xavi sangat mencintai Morata.

“Faktanya benar-benar menegaskan bahwa saya perlu mengontraknya. Ada peluang itu,” ungkap Xavi seperti yang diumumkan Barca All Inclusive.

Striker Luar Biasa Morata

Xavi kemudian memuji Morata. Di mata Xavi, pemain yang pernah membela Chelsea itu adalah penyerang yang luar biasa.

“Morata adalah striker yang luar biasa. Dia adalah pesepakbola liberal, yang bekerja keras untuk tim, dia bekerja keras,” lanjutnya.

Saya sangat menyukainya. Dengan dia dan Griezmann, Atletico memiliki keunggulan terdepan.”

Xavi Hernandez, sang maestro sepak bola ternama, membuka jalan bagi kenangan yang nyaris membawa Alvaro Morata ke Barcelona. Dalam pengakuannya, kami merasakan guncangan kekecewaan dan ratapan karena pintu terbuka yang luar biasa ini terlewatkan.

Pada Januari 2022, Barcelona dibuat terpesona dengan daya tarik Alvaro Morata yang saat itu bermain untuk Juventus. Dipinjam dari Atletico Madrid, Morata berubah menjadi incaran Blaugrana. Xavi dengan keinginannya yang besar ingin memboyong Morata ke Camp Nou, memperkuat lini serang Barcelona.

Mendengar Xavi berbicara penuh hormat tentang Morata, kita dapat merasakan betapa sang mentor sangat kagum dengan pentingnya peran sang striker. Kata-kata seperti “Dia adalah seorang striker yang sangat saya sukai” berubah menjadi orkestra kekaguman dan ketidakpuasan yang bercampur aduk di hati Xavi.

Pilihan yang tidak bisa diubah, di mana Barcelona harus meninggalkan fantasi merekrut Morata, membuat Xavi memilih pilihan lain, Pierre-Emerick Aubameyang. Meski begitu, di balik anggapan baru tersebut, hati Xavi masih tersiksa oleh kemungkinan yang hampir menjadi kenyataan. Sensasi kekecewaan terukir di setiap kata dan sikapnya.

Morata, dengan segala kelas dan komitmennya, tergores dalam ingatan Xavi sebagai “striker luar biasa”. Banyak isyarat pengakuan yang tidak dapat menyembunyikan kerinduan akan momen luar biasa yang hampir berjalan sesuai harapan. Barangkali, dalam hati Xavi, akan selalu ada ruang tak terisi yang dipenuhi mimpi-mimpi yang hampir terwujud.

Namun, takdir berkata lain. Karunia Massimiliano Allegri, mentor Juventus saat itu, berubah menjadi tembok yang kebal. Barcelona perlu melakukan pivot, dan Morata perlu memulai perjalanannya ke tempat lain. Sebuah pilihan yang sangat menyakitkan, dengan alasan potensi peluang memiliki pemain seperti Morata nyaris menjadi kenyataan.

Xavi, dengan kekaguman yang tiada henti, mengakui bahwa Morata adalah striker yang sangat ia sayangi. Kata-katanya ibarat melukiskan komposisi kerinduan terhadap apa yang praktis dimiliki Barcelona. Penuh dengan perasaan, Xavi berkata, “Dia adalah seorang striker yang sangat saya sukai.”

Pengakuan Xavi atas kekagumannya terhadap Morata mengalir dengan kata-kata yang indah. “Morata adalah striker yang luar biasa. Dia adalah pesepakbola liberal, yang bekerja keras untuk tim, dia bekerja keras,” ujarnya. Jiwa Morata yang rajin dan komitmennya yang luar biasa kepada tim menjadikannya magnet yang nyaris menyatu dengan lini seragam Blaugrana.

Dalam ingatan yang bisa dipahami secara praktis, Xavi terjun ke dalam kehebatan sepakbola yang seolah memasukkan Morata ke kancah elit. Bersama Antoine Griezmann, keduanya menjadi daya tarik luar biasa di lini depan Atletico Madrid. Sebuah pintu terbuka yang berharga yang entah bagaimana membuat saya melewatinya.

Meski begitu, begitulah sepak bola, penuh dengan tikungan menarik yang tak terduga. Terlepas dari kenyataan bahwa Morata tidak pernah berseragam Barcelona, kenangan tentang apa yang hampir terjadi akan tetap jelas. Perasaan Xavi, tentu saja, menceritakan kisah yang sangat jelas dan meninggalkan kita dengan pertanyaan, “Apa yang bisa terjadi jika Morata benar-benar bermain untuk Barcelona?” Hanya waktu yang akan mengetahui jawabannya.